Hakekat Ilmu Pengetahuan

Siraman Rohani Penyejuk Jiwa Hindu : Maha Saraswati Puja

pexels-photo-8572964-8572964.jpg

Oleh; Drs. Dewa Putu Gede Raka,M.Pd.H

Penyuluh Agama Hindu Ahli Madya @badanpenyiaranhindu DIY

Om Swastyastu; Om Sarasvati Jaya; Om Awighnamastu Namosiddham; Om A No Bhaderah Kratawoyantu Wiswatah;

Bapak- ibu umat sedharma yang berbahagia, selamat berjumpa kembali dalam Siraman Rohani Penyejuk Jiwa Agama Hindu, semoga selamat damai sejahtera atas asung kertha waranugraha Sanghyang Widhi, Tuhan Yang Maha Kuasa. Pada kesempatan yang berbahagia ini, akan kita bahas sebuah tema tentang “ Maha Saraswati Puja” yaitu Hakekat Ilmu Pengetahuan.

Dalam kidung Jawa dijelaskan tentang hakekat ilmu sebagai berikut; Ngelmu iku, Kalakone kanthi laku, Lekase lawan kas, Tegese kas nyantosani, Setya budaya pangekese dur angkara; Ilmu itu diraih dengan perbuatan, Dimulai dengan kemauan, Artinya kemauan membangun kesentosaan, Teguh membudi daya menaklukkan semua angkara. Angkara gung, Neng angga anggung gumulung, Gegolonganira, Triloka lekeri kongsi, Yen den umbar ambabar dadi rubeda; Nafsu angkara yang besarada di dalam diri, kuat menggumpal, menjangkau hingga tiga zaman, jika dibiarkan berkembang akan berubah menjadi gangguan.

Puja Saraswati dilaksanakan pada pagi hari dengan menghaturkan sesajen khusus yang disebut banten Saraswati. Pada malam harinya ‘semalam suntuk’ dilakukan pembacaan Veda kitab sastra agama, rembug sastra, Dharma Gita, Weda Wakya dengan menyanyikan kidung-kidung pemujaan dan japa, sampai besok paginya saat dilakukan Banyu Pinaruh.

Banyu Pinaruh jatuh pada hari Minggu Pahing Wuku Sinta sebagai hari pertama menurut kalender Wuku. Pada saat ini patut membersihkan dan menyucikan diri pada sumber-sumber mata air; di laut, danau, campuhan, tirta mumbul, pancuran. Banyu Pinaruh, Banyu Pangaweruh, artinya air suci ilmu pengetahuan. Mandi air kembang ‘air kumkuman’ agar ilmu pengetahuan yang dimiliki menyebarkan keharuman, semerbak mewangi menerangi dunia. Ilmu yang dimiliki bukan untuk membodohi orang lain, tetapi untuk kedamaian alam semesta.

Dewi Saraswati yang cantik lambang ilmu pengetahuan sangat menarik. Ibarat wanita cantik siapa yang tidak tertarik. Demikian halnya bagi orang yang telah mendalami keindahan rasa puitis sastra suci ilmu pengetahuan, sekali-kali tidak ingin mendengarkan cerita-cerita lain. Di tangan Dewi Saraswati memegang Wina (rebab atau gitar) lambang seni budaya, irama musik alam semesta, Rta; tata tertib alam semesta. Rangkaian manik-manik sebagai Ganitri atau Japamala lambang doa dan pemusatan pikiran yang terus menerus, belajar seumur hidup ’longe life education’. Gulungan rontal atau daun palma dalam peti (Kropak kecil) lambang penyimpanan ilmu pengetahuan, yang mana tanpa ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan orang tidak berarti apa-apa. Ilmu Pengetahuan kekayaan abadi penerang kegelapan, kebodohan atau Awidya.

Dewi Saraswati duduk di atas Teratai dan Burung Merak; Teratai lambang ilmu pengetahuan suci murni tak ternoda. Tumbuh di tanah, air dan udara tetap suci nirmala hening. Duduk di atas Burung Merak lambang ego yang harus ditekan. Dan Angsa atau Swan sebagai kendaraannya lambang wiweka atau logika. Seseorang harus dapat memilih dan memilah ilmu pengetahuan yang benar sebagaimana halnya seekor Angsa memisahkan makanan dari lumpur-bebatuan.

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Sebagai Ilmuwan atau cendikiawan harus dapat mewujudkan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan berlandaskan kesucian hati (Teratai), wiweka (Swan) dengan menekan ego (menduduki Merak) disertai doa japa mantra, meditasi dan konsentrasi yang terus-menerus (Ganitri/rangkaian manik-manik) dengan tetap membaca lontar (daun Palma) serta tunduk pada hukum alam/Rta (Wina).

Sreyan dravya-mayad yajnaj jnana-yajnah paramtapa, sarvam karmaklilam partha jnane parisamapyate;

Persembahan berupa ilmu pengetahuan, wahai Arjuna, lebih mulia daripada persembahan materi, dalam keseluruhannya semua kerja ini akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam ilmu pengetahuan. Bhagawadgita IV.33 mengisyaratkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan dalam hidup. Bagi seseorang yang dapat berkorban memberi pencerahan untuk melenyapkan kegelapan dan kebodohan atau Awidya, lebih mulia dari pada melakukan kerja tanpa landasan teori yang jelas. Sebab semua kerja berpusat pada ilmu pengetahuan. Teori tanpa praktek sia-sia atau lumpuh sedangkan praktek tanpa tiori buta, kehilangan arah dan tujuan. Filsafat Jawa; Ngelmu tanpa laku cupet, laku tanpa ngelmu kotong. Ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu pengetahuan lumpuh.

Dalam agama Hindu diibaratkan dengan hubungan antara Raja dengan Penasehat Raja atau Wiku. Kitab Niti Sastra, menyebutkan; “Wiku tanpa natha ya sirna, kunang natha tanpa wiku wisirna”, artinya Wiku atau penasehat yang bijaksana tidak didengar Raja atau pemimpin Negara, tidak ada gunanya; demikian sebaliknya seorang Raja tidak memiliki penasehat maka pemerintahannya akan kacau dan sia-sia.

Ilmu Pengetahuan dalam agama Hindu adalah jalan menuju Tuhan ”Sastra Yony Tvatt” (Brahma Widya). ”Walau engkau paling berdosa di antara manusia yang memikul dosa, dengan prahu ilmu pengetahuan, lautan dosa akan engkau sebrangi, tiada sesuatu di dunia ini dapat menyamai ilmu pengetahuan. Ia yang memiliki kepercayaan dan menguasai panca indriyanya, mencapai ilmu pengetahuan. Setelah memiliki ilmu pengetahuan dengan segera ia menemui kedamaian abadi. (Bhagawad Gita. IV.36,38,39)
Wejangan Sri Krisna kepada Arjuna dengan tegas, bahwa ada dua disiplin hidup di dunia ini; Disiplin ilmu bagi cendekiawan dan disiplin kerja bagi karyawan. Ke dua disiplin ini sama-sama mengantarkan orang menuju Tuhan Sang Hyang Widhi. Tentu orang yang memiliki ilmu pengetahuan lebih mudah mencapai tujuan dari pada orang yang tidak memiliki pengetahuan. Ibarat orang buta berjalan dalam kegelapan, menggapai-gapai tidak dapat melihat arah dan tujuan yang jelas. Tuntutlah ilmu setinggi langit, harta kekayaan yang tidak pernah habis.

“Dengan seni hidup terasa indah. Dengan Cinta hidup bergairah. Dengan Ilmu Pengetahuan hidup menjadi mudah. Dan dengan Agama hidup akan terarah”. Mari kita renungkan makna mutiara kata ini sebagai landasan dalam berkarma sesuai dengan swadharma masing-masing. Selamat Hari Raya Saraswati, semoga dengan ilmu yang dimiliki semakin sukses, semakin jaya dan semakin bijaksana atas tuntunan Sang Hyang Sarasvati.

Saking tuhu manah guru//Mituturin cening jani//Kawruhe luwir senjata//Ne dadi prabotang sai//Kaanggen ngaruruh merta//Saenun ceninge urip.

Artinya: Dilandasi hati tulus suci para guru. Saat ini menjelaskan hakekat ilmu pengetahuan kepada anak-anak. Ilmu pengetahuan itu bagaikan senjata yang dipergunakan dalam hidup sehari-hari. Dalam mendapatkan penghidupan ’amerta’ selama kita masih ada di dunia ini.

Om Santi Santi Santi Om

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Solverwp- WordPress Theme and Plugin